Kabar mengenai potensi penggunaan mobil terbang di Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali menjadi perbincangan hangat publik.
Dalam sebuah wawancara, Mohammed Ali Berawi selaku Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, menyatakan bahwa perkembangan mobil terbang saat ini sedang berada di tahap kerja sama transfer teknologi.
Dalam tahap kerja sama transfer teknologi tersebut, bersama PT. Dirgantara Indonesia (PTDI), otorita IKN menggandeng perusahaan otomotif terbesar Korea, Hyundai Motors Company (HCM), dan Korea Aerospace Research Institute (KARI).
Selasa (15/10), Ali mengungkapkan, "Selain itu juga akan dimulai kajian-kajian pendukung bagi keperluan komersialisasi terbang sky taxi, seperti regulasi pemanfaatan udara, kajian teknologi, dan lain-lain," seperti dikutip dari Kompas.com
Ali juga menyebutkan bahwa saat ini Hyundai Motors Company (HMC) sedang menyusun penerapan tiga tahap peta jalan untuk mobilitas cerdas udara atau Urban Air Mobility-Advanced Air Mobility (UAM-AAM), serta mobilitas cerdas darat di Indonesia.
Adapun lini masa penerapan tiga tahap peta jalan Urban Air Mobility-Advanced Air Mobility adalah sebagai berikut.
Tahap I: Pelaksanaan proof of concept (PoC) atau uji coba yang bertujuan untuk merealisasikan investasi PoC, serta melakukan studi bersama guna mengajukan kebijakan yang perlu dirampungkan. Tahapan ini berlangsung mulai tahun 2024 hingga tahun 2025.
Tahap II: Pelaksanaan jasa, termasuk pembangunan pusat riset dan pengembangan (Research and Development/R&D) mengenai Urban Air Mobility-Advanced Air Mobility, penelitian teknologi, serta pembentukan model bisnis di Indonesia. Tahapan ini akan berlangsung mulai tahun 2026 hingga tahun 2027.
Tahap III: Pelaksanaan komersialisasi yang mencakup pengembangan industri mengenai Urban Air Mobility-Advanced Air Mobility, serta pemngunan dan perluasan Air Mobility-Advanced Air Mobility. Tahapan ini akan berlangsung mulai tahun 2029.
Mulanya, kabar mengenai mobil terbang ini bersumber pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR. Dalam rapat tersebut, Bambang Susantono selaku Kepala Otorita IKN, mengumumkan bahwa pihaknya sedang melakukan uji coba transportasi berteknologi mutakhir, seperti mobil terbang dan driverless car (mobil tanpa awak).
Selanjutnya, melansir situs resmi IKN pada Senin (29/7), otorita IKN telah melaksanakan tahap I uji coba mobil terbang atau Proof-of-Concept Advanced Air Mobility di Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Prantoro, Samarinda.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengevaluasi kesiapan moda transportasi Urban Air Mobility sebagai simbol transformasi transportasi yang inovatif dan ramah lingkungan.
Pada kesempatan ini, integrasi antara mobilitas darat dan udara ditunjukkan melalui moda Shucle, sebuah sarana transportasi on-demand yang mengantarkan penumpang ke layanan middle-mile berupa AAM.
Uji coba OPPAV dilaksanakan dengan kecepatan 50 kilometer per jam dan ketinggian 50 meter. Selama penerbangan yang berlangsung selama 10 menit, OPPAV melakukan manuver holding pattern yang berbentuk angka delapan.
Ali menjelaskan bahwa kunci dari keberhasilan uji coba tersebut adalah kolaborasi antarinstansi, termasuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, TNI Angkatan Udara, Airnav Indonesia, serta berbagai asosiasi dan instansi lainnya.
Selain mobil terbang, moda transportasi berteknologi mutakhir, trem otonom terpadu (TOT), juga sudah beberapa kali melaksanakan proses penilaian dan evaluasi oleh tim penilai.
Trem otonom terpadu adalah teknologi baru dalam moda transportasi darat yang menggabungkan sistem transportasi light rapid transit (LRT) dengan bus otonom.
Dalam melaksanakan proses tersebut, dijalankan serangkaian skenario operasionalisasi, seperti batas kecepatan tertentu, kapasitas, operasi mekanisme tanpa awak, pergerakan, dan lainnya.
Ali mengungkapkan bahwa mereka memiliki target untuk mengumumkan hasil rekomendasi dari tim penilai PoC TOT dari OIKN kepada publik dalam waktu dua minggu.
Sebelumnya, menjelang Hut RI ke-76, Presiden Jokowi juga sudah mencoba trem otonom terpadu. Jokowi menilai keunggulan moda transportasi ini memakan biaya yang relatif lebih terjangkau, daripada moda transportasi sejenisnya, yaitu MRT dan LRT.
Setelah pelaksanaan uji coba dan transfer teknologi, Urban Air Mobility akan menjalani serangkaian studi lebih lanjut, seperti kajian ekonomi, kajian lingkungan, kajian sosial, kajian regulasi dan kebijakan, serta kajian infrastruktur.
Oleh karena itu, pengoperasian Urban Air Mobility diperkirakan baru dapat dilaksanakan setelah tahun 2030.