Kendati pelayanan arus barang di pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara (Sumut) secara umum kian baik, namun infrastruktur laut dan daratnya masih perlu terus dibenahi.
“Terutama soal akses jalur distribusi ke pelabuhan (disisi darat-nya) yang kerap rusak akibat air rob, serta soal kedalaman alur dan kolam pelabuhan yang perlu diperdalam lagi,” ujar Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Dianto, saat ditemui Logistiknews, di Medan Sumut pada Jumat (5/7/2024).
Sedangkan yang terkait dengan peralatan bongkar muat di pelabuhan Belawan, Dianto menilai peralatan yang eksisting.saat ini sudah cukup.
“Kalau dulu sering kita dengar alat yang alami rusak, namun sekarang hal itu tidak terjadi lagi. Sekarang sudah lebih profesional pengelolaan peralatan bongkar muat di pelabuhan Belawan,” ungkapnya.
Transformasi pelabuhan Belawan dalam layanan kepada pengguna jasa, imbuhnya, telah berimbas pada percepatan arus barang dan logistik di pelabuhan tersebut.
“Kita ingin cargo stay dan port stay lebih cepat. Kita inginnya barang dan kapal cepat masuk dan cepat keluar,” ujarnya.
Dianto berharap pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan pilihan yang lebih nyaman bagi pengguna jasanya.
“Termasuk soal layanan peti kemas di BNCT. Program digitalisasi yang saat ini dilakukan juga berdampak pada percepatan arus barang,” ungkapnya.
Selama Januari hingga Juni 2014, BNCT telah menghandle peti kemas sebanyak 83.801 twenty foot equivalent units (Teus).
Adapun rinciannya, yakni pada Januari sebanyak 14.511 Teus atau setara 11.250 bok, Februari 16.244 Teus (12.911 bok), Maret 12.795 Teus (10.192 bok), April 8.577 Teus (6.727 bok), Mei 14.883 Teus (11.053 bok) dan Juni 16.071 Teus atau setara 11.831 bok.
Sedangkan arus kunjungan kapal yang telah terlayani selama semester I/2024 mencapai 101 kapal dengan rincian, p<span;>ada Januari 18 kapal, Februari 19 kapal, Maret 17 kapal, April 12 kapal, Mei 19 kapal dan Juni 16 kapal.
Adapun rata-rata BCH maupun BSH di BNCT selama 6 bulan pertama tahun ini relatif stabil.
BSH adalah box ship per hour, yaitu jumlah peti kemas yang dapat dibongkar/muat oleh satu crane atau lebih pada sebuah kapal. Semakin tinggi angka BSH, semakin tinggi kualitas operasional bongkar muat, dan semakin cepat kapal dapat dilayani.
Sedangkan BCH adalah box crane per hour yakni banyaknya box peti kemas yang dihandle oleh satu crane dalam waktu satu jam. Indikator ini lebih ditujukan untuk kepentingan pihak internal terminal.
Pada Januari 2024, BCH di BNCT yakni 23,57, kemudian pada Februari 23,16, Maret 22,23, April 21,96, Mei 23,14, dan pada Juni 23,24.
Untuk BSH nya, pada Januari tercatat 51,42, kemudian pada Februari 49,79, Maret 49,57, April 44,34, Mei 44,64 dan Juni 49,17.