Pelaku usaha pelayaran dan logistik yang berkegiatan di terminal peti kemas (TPK) Ambon mengapresiasi peningkatan kinerja terminal pasca transformasi yang dilakukan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP).
Bahkan, para pelaku usaha itu-pun mengakui, telah terjadi percepatan layanan yang berimbas pada efisiensi waktu maupun cost logistik dari dan ke pelabuhan Ambon.
Kepala PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Cabang Ambon Abraham Wattimena mengatakan, saat ini pihaknya dapat menghemat waktu sandar kapal hingga satu hari.
Pasalnya, kata dia, pasca transformasi TPK Ambon, rata-rata kegiatan bongkar muat peti kemas sebanyak 400 twenty boks dapat diselesaikan dalam waktu rata-rata 12 jam.
“Sebelum transformasi, bongkar muat dengan jumlah yang sama bisa memakan waktu hingga 30-60 jam,”ujar Abraham, saat ditemui di Ambon, pada Kamis (17/10/2024)
Menurutnya, keberadaan planning and control di TPK Ambon, juga menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan kinerja operasional.
Selain itu, kesiapan muatan, kesiapan alat dan kesiapan serta keahlian pekerjaan operasional termasuk operator alat bongkar muat juga mendukung kecepatan pelayanan di TPK Ambon.
“Rata-rata bongkar muat per jam bisa mencapai 25 boks per jam, bahkan pernah mencapai 30 boks per jam, tertinggi pernah mencapai 45 boks per jam” ungkapnya.
Abraham menyebutkan, sebelum transformasi di TPK Ambon, kecepatan bongkar muat peti kemas berkisar antara 16-18 boks per jam.
Saat ini, jumlah kapal pelayaran PT SPIL yang berkegiatan di TPK Ambon sebanyak 10 call setiap bulan.
Untuk itu, SPIL meminta kepada pengelola TPK Ambon, mempercepat proses penguatan dermaga dan penambahan rel quay container crane (QCC) agar pelayanan lebih maksimal.
“Sudah hampir satu tahun ini hanya bisa dimaksimalkan untuk satu tambatan, harapan kami pekerjaan dermaga segera selesai sehingga bisa untuk dua kapal,” katanya.
Hal senada disampaikan Kepala Operasional Temas Lines Cabang Ambon, Kris Mengko.
Dia menyebut kegiatan operasional di TPK Ambon kini lebih cepat. Salah satunya didukung oleh kesiapan alat bongkar muat di lini 1 terminal khususnya QCC yang mencapai 86 persen.
“Kami berharap kesiapan alat bongkar muat di TPK Ambon bisa ditingkatkan menjadi minimal 90 persen,” ujar Kris.
Temas Lines setiap bulan mencatatkan dua kedatangan kapal di TPK Ambon dengan rata-rata bongkar muat 150 boks per kapal. Dengan jumlah bongkar muat tersebut saat ini rata-rata waktu tambat kapal selama 4 jam.
“Sebelum transformasi waktu yang dibutuhkan mencapai rata-rata 10 jam. Bagi kami pelayanan di lini 1 terminal sudah sangat baik, yang perlu ditingkatkan adalah perbaikan layanan yang ada di lini 2,” ungkap Kris.
Efisiensikan Logistik
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Maluku H. B. Sirait memuji langkah PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) yang konsisten melakukan perbaikan di TPK Ambon.
Sirait mengatakan penataan terminal yang dilakukan menjadikan TPK Ambon lebih bersih dan tertib sehingga kegiatan bongkar muat dapat dilakukan dengan cepat dan aman bagi pekerja.
Dia menyebut TPK Ambon sebelum transformasi seperti pasar dimana banyak orang yang tidak berkepentingan keluar masuk bahkan berjualan di dalam area terminal.
“Sebelum transformasi bisa dibilang semrawut, tidak tertata, masih seperti pelabuhan jaman dulu, orang berjualan dan keluar masuk seenaknya,” ungkapnya.
Setelah transformasi, Sirait mengungkapkan TPK Ambon lebih tertata. Pelayanan semakin membaik. Terlebih untuk saat ini semua kegiatan dilakukan secara daring (online) yang memudahkan bagi para pengguna jasa.
“Proses keluar masuk peti kemas juga lebih cepat karena pencarian peti kemas di area penumpukan sudah tercatat pada sistem,” ucapnya.
Sirait menggambarkan proses pencarian peti kemas sebelum transformasi masih dilakukan secara manual bahkan terkadang sulit untuk menemukan lokasi peti kemas.
“Saya mengapresiasi langkah Pelindo yang memberikan pelatihan bagi para petugas operasional yang sebagian besar adalah para pemuda Maluku, jadi mereka lebih paham mengenai kegiatan operasional yang lebih baik,” lanjutnya.
Ketua ALFI Maluku itu berpesan agar Pelindo selalu memperhatikan kesiapan peralatan pelabuhan. Baginya, peralatan yang ada perlu dilakukan perbaikan jika perlu dilakukan peremajaan. Sehingga, saat pengguna jasa membutuhkan pelayanan bisa lebih cepat.
“Secara keseluruhan sudah sangat baik, alat harus selalu siap, jangan sampai pengguna jasa menunggu,” ucapnya.
Transformasi
Terminal Head TPK Ambon, Yandi Sofyan Hadi mengatakan transformasi di terminal dilakukan untuk meningkatkan layanan terminal.
Transformasi menyentuh aspek people, process dan technology. Tahap pertama transformasi dilakukan dalam aspek standarisasi operasional terminal. Dilanjutkan dengan proses sistematisasi dengan implementasi TOS Nusantara sebagai sistem operasi terminal peti kemas.
Saat ini TPK Ambon juga tengah melakukan pekerjaan peningkatan kekuatan dermaga peti kemas sepanjang 162 meter. Termasuk juga penambahan panjang rel QCC sepanjang 160 meter.
TPK Ambon memiliki panjang dermaga 334 meter. Saat ini yang dapat dijangkau oleh quay container crane (QCC) hanya 160 meter.
Dengan perkuatan dermaga dan penambahan rel ini nantinya dermaga peti kemas yang dapat dijangkau dengan QCC menjadi 320 meter yang dapat digunakan untuk pelayanan 2 kapal peti kemas.
“Kami memohon maaf jika pekerjaan di dermaga ini menjadikan kegiatan kapal menjadi terhambat karena hanya dapat digunakan untuk 1 kapal, ke depan dengan pekerjaan yang kami lakukan dapat meningkatkan kinerja operasional di TPK Ambon dalam memberikan pelayanan kepada perusahaan pelayaran,“ ucap Yandi.
Dia juga memastikan, transformasi TPK Ambon akan terus berlangsung. Baginya tidak ada akhir dari sebuah perbaikan untuk memenuhi kepuasan customer.
Adapun tahap pertama transformasi dilakukan dengan melakukan standarisasi operasional terminal peti kemas. Mulai dari penataan lapangan penumpukan, pelatihan bagi petugas operasional, hingga proses operasional berbasis planning and control.
“Aspek safety menjadi salah satu perhatian serius dalam proses transformasi, bagaimana kami melakukan safety induction bagi mereka yang berkepentingan, menyiapkan standar minimal safety di terminal, sampai melakukan sterilisasi terminal bagi mereka yang tidak berkepentingan,” ucap Yandi.
Transformasi TPK Ambon juga menyentuh aspek sistem yang digunakan untuk menunjang operasional terminal. Sejak 18 Agustus 2023, TPK Ambon telah mengimplementasikan TOS Nusantara.
TPK Ambon menjadi terminal ketiga di lingkungan SPTP yang menggunakan terminal operting system (TOS) Nusantara setelah 009 Tanjung Priok (IPC TPK) dan Terminal 1 TPK New Makassar.