Lesunya ekspor karet disebabkan oleh ketidakpastian global seperti kebijakan suku bunga maupun perang Rusia Vs Ukraina.
Ekspor karet di Sumatera Utara (Sumut) masih terpantau stagnan per September 2023. Lesunya ekspor karet disebabkan oleh ketidakpastian global seperti kebijakan suku bunga maupun perang Rusia vs Ukraina.
Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, volume ekspor karet alam dari Sumut untuk pengapalan September 2023 naik tipis sebesar 158 ton MoM menjadi 24.580 ton atau naik 0,65% dibandingkan Agustus.
"Keadaan ini menunjukkan performa yang masih stagnan. Penurunan yang dalam volume September 2023 dibandingkan September 2022, yakni drop 15,18 persen dari 28.978 ton. Ekspor yang stagnan pada September sejalan dengan keadaan ketidakpastian global, di antaranya kebijakan suku bunga AS yang "hawkish", perang Rusia-Ukraina, ketegangan China-AS," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Senin (9/10/2023).
Edy menyebutkan bahwa walaupun stagnan, namun ekspor karet di Sumut mulai menunjukkan pemulihan. Hal ini dapat dilihat dari faktor permintaan yang lebih cepat dibandingkan dengan produksi, optimisme mengenai ekonomi China dan India, serta tren harga minyak mentah.
"Untuk pengapalan September kondisi permintaan karet China mulai membaik. Posisi China sebagai negara tujuan ekspor September naik satu tingkat dari empat ketiga. Sebagaimana diketahui, China merupakan konsumen nomor satu dunia yang mengkonsumsi lebih 40 persen dari 15,12 juta ton dari total konsumsi karet alam dunia pada 2022," ujarnya.
Ada sebanyak 27 negara tujuan ekspor karet asal Sumut per September 2023. Adapun lima negara tujuan utama yaitu Jepang mendominasi sebesar 43,62 persen atau 10 ribu ton, USA 13,51 persen atau 3.321 ton, China 7,22 persen atau 1.774 ton, Brazil 6,85 persen atau 1.684 ton, dan Turki sebesar 1.358 ton.
Edy menyebutkan bahwa Sumut saat ini diprediksi masih agak sulit bangkit lantaran kesulitan mengadakan bahan baku.
"Diharapkan Oktober lebih baik walaupun Sumatera Utara masih sulit bangkit, diharapkan ada kontraksi permintaan dari pasar global. Sulitnya bangkit masih dengan isu utamanya yakni kelangkaan bahan baku," jelas Edy.
Sebagaimana diketahui bahwa sumber bahan baku yang sebagian besar dari luar provinsi, di antaranya Riau (20,32%), Lampung (17,43%), Aceh (8,21%), Jambi (5,21%), Kepulauan Riau (3,39%), Bengkulu (2,81%), Sumatera Barat (2,02%).
"Sentra produksi karet yang berada di selatan ekuator saat ini sedang memasuki musim kemarau. Sebaliknya, saat ini sentra produksi di utara ekuator sedang musim hujan. Kedua keadaan ini menggambarkan penurunan produksi," kata Edy,
Berdasarkan data Gapkindo Sumut, Harga rata-rata SICOM TSR-20 September 2023 sebesar 140,86 sen AS atau naik 10,87 sen AS dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, sampai minggu ke-3 Oktober harga berfluktuasi dengan kecenderungan melemah. Harga penutupan pada 6 Oktober tercatat 138,6 sen AS.
Lanjutnya, Edy menyebutkan bahwa saat ini harga karet global sudah mulai naik. Harga karet jenis TSR20 di bursa Singapura-SGX pada penutupan 31 Agustus tercatat 135 sen AS per kg, sedangkan pada harga penutupan pada 7 September tercatat 145,5 sen.
Kemudian, terkait produksi karet, Edy menyebutkan bahwa saat ini terjadi penurunan pasokan berimbas dari banyaknya pemilik kebun yang melakukan konversi kebun karet.
"Dari sisi pasokan, produksi kebun karet di Sumatera Utara diperkirakan masih belum normal karena musim hujan baru saja mulai. Dan penurunan produksi semakin parah akibat konversi kebun karet saat ini masih terus berlanjut," pungkasnya.