Kapal-kapal besar dialihkan ke terminal Kijing lantaran terjadi pendangkalan alur sungai Kapuas di Pelabuhan Pontianak menurunkan kapasitas dermaga.
Pelabuhan Pontianak Kalimantan Barat terus mengalami pendangkalan akibat sedimentasi tinggi di alur sungai kapuas.
Pelabuhan yang terletak di tepi sungai Kapuas ini merupakan pelabuhan yang diusahakan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), saat ini masih melayani aktivitas barang dan penumpang.
Berdasarkan data kedalaman hasil survey dikolam pelabuhan -6 s/d -10 meter mata air rendah (MLWS) sedangkan kedalaman dialur berperahu bervariasi antara -3.5 s/d 16.3 Mlws dengan kapasitas dermaga menampung maksimal ukuran kapal 1.000 dwt. Dengan syarat tersebut, kapal besar tidak bisa sandar di Pelabuhan Pontianak sehingga kapal-kapal besar dialihkan ke Pelabuhan Kijing.
Namun demikian, Pemerintah akan terus mengoptimalkan keberadaan Pelabuhan Pontianak, mengingat Pelabuhan Pontianak masih memiliki peran penting dalam menghubungkan Kalimantan Barat khususnya Kota Madya Pontianak dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya.
Dia juga mengatakan bahwa dalam hal pengembangan ekonomi daerah, Pelabuhan Pontianak masih berperan sebagai salah satu pintu gerbang perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu sebagai penghubung mata rantai transportasi antar pelabuhan serta menjadi tempat kegiatan bongkar muat bagi penumpang dan barang.
”Pelabuhan Pontianak saat ini masih menjadi pusat aktivitas logistik dan penumpang serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal bahkan masih menjadi primadona bagi pelaku usaha di sekitar pelabuhan pontianak“ begitulah.
Sebelumnya, General Manager Pelindo Regional 2 Pontianak, Hambar Wiyadi, mengungkapkan terminal Kijing di Mempawah Kalimantan Barat terus dikembangkan mengantisipasi peningkatan arus barang di wilayah tersebut.
Kapal bersandar di Pelabuhan Kijing Mempawah Kalimantan Barat.
Sesuai Rencana Induk Pelabuhan dan Perjanjian Konsesi, Pengembangan Terminal Kijing dilakukan secara bertahap yaitu Tahap Initial 1A, Tahap I dan Tahap II. Khusus untuk pengembangan fasilitas peti kemas di terminal Kijing untuk Tahap 1A (2022-2026) yakni penyediaan quay container crane atau QCC (2 Unit), rubber tyred gantry crane/ RTG (8 unit), Reach Stacker (1 unit), Forklift ( 1 unit) dan Tractor & Chassis (60 unit).
Sedangkan Tahap 1 (>2026) yakni penyediaan QCC (12 unit), RTG/RMG (16 unit), Reach Stacker (3 unit), Forklift (2 unit), Tactor dan Chassis (125 unit). Adapun pada tahap 2 (>2032) yakni penyediaan QCC (12 unit), RTG/RMG (24 unit), Reach Stacker (5 unit), Forklift (4 unit), serta Tractor and Chassis (250 unit).
Hambar menambahkan, kehadiran fasilitas terminal Kijing sebagai pemicu perdagangan domestik maupun internasional dengan mengendapkan konsep 'Ship Follow The Trade & Ship Promote The Trade'. Dia mengatakan, Ship Follow The Trade merupakan manifestasi hukum permintaan dan penawaran dimana ada komoditas yang menjadi pembeli di sekitar pelabuhan, maka kapal akan singgah ke pelabuhan tersebut untuk mengantarkan barang dagangan.
Sedangkan Ship Promote The Trade merupakan konsep trayek keperintisan, menciptakan wilayah-wilayah yang belum dilayari oleh kapal komersial karena minim dan kecilnya volume perdagangan, atau situasi perdagangan yang tidak seimbang antara wilayah barat dan timur Indonesia, sehingga mengakibatkan biaya operasional kapal tidak dapat dibiayai dari uang tambang atau angkutan.