Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong peningkatan ekosistem logistik melalui Pelabuhan Belawan di Medan, Sumatra Utara (Sumut). Kapasitas pelabuhan tersebut akan diperbesar.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha D. M. Wirakusumah mengatakan, nantinya dalam pengiriman kargo ke berbagai negara dapat secara langsung, tanpa harus melalui hub di Malaysia atau Singapura. Dalam hal ini, INA berperan mencari dan menampung dana investasi, dan juga mencari tenaga ahli pelabuhan.
Dalam mengatasi persoalan logistik di pelabuhan Belawan, melalui kerjasama antara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dengan perusahaan logistik asal Dubai yaitu DP World dan Indonesia Investment Authority atau INA atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Nantinya, Pelabuhan Belawan akan diperbesar kapasitas penampungan kontainernya, dari 700 ribu teus menjadi 1,4 juta teus dalam waktu 8-9 tahun. Sehingga, pengiriman kargo tidak perlu transit ke negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia.
"Kita saat ini feeder untuk Tanjung Pelepas, feeder untuk Singapura. DP World bilang sama kita ngapain kita lempar ke negara tetangga? Kalau bisa langsung saja. Itu akan difasilitasi DP World," ujarnya di Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (23/6).
Dalam kesempatan yang sama, CEO DP World, Sultan Ahmed bin Sulayem menyebut, kerja sama ini akan memperluas jangkauan logistik Indonesia. "Ini akan memungkinkan kargo untuk pergi ke Pasifik, ke Australia atau Selandia Baru, atau ke Eropa, atau ke far east. Indonesia adalah lokasi yang menakjubkan," sebutnya.
Sementara, Direktur Utama Pelindo, Arif Suharrtono mengatakan, kerja sama operasional Pelabuhan Belawan akan dilakukan hingga 50 tahun. Saat ini, investasi yang dibutuhkan diperkirakan sebesar US$ 400 juta.
"Jadi kerja sama antara Pelindo INA dan DP World, adalah untuk operasikan kontener terminal di belawan itu yang dikerjasamakan selama 30 plus 20 tahun," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan fakta bahwa saat ini 95% kargo asal Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara tidak langsung menuju negara tujuan namun harus melalui Pelabuhan Singapura dan Malaysia.
Sebenarnya, tidak hanya pelabuhan Belawan, sebagian besar pelabuhan di Sumatra hanya sebagai feeder. Hal ini menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.
Dominasi Malaysia dan Singapura itu terus berlanjut, sampai hari ini. Dari Januari - Mei 2022, sekitar 51% peti kemas yang bongkar/muat di Belawan menuju/berasal dari Malaysia. Sisanya, 44% ke Singapura dan Thailand (5%).
Sebagai gambaran, pelayaran langsung (direct call) kapal peti kemas dari Indonesia ke Los Angeles, misalnya, hanya perlu 23 hari. Sebaliknya, dengan transshipment, rute yang sama perlu waktu 31 hari, plus tambahan ongkos 20-30% lebih mahal.
PT Pelindo mencatat dari 550.871 TEUs peti kemas yang bongkar muat di Belawan pada 2021, sebanyak 59% berasal/menuju pelabuhan-pelabuhan di Malaysia. Sisanya, 25% menuju Singapura, dan 16% lagi ke Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lain.