Sikapi terkait dengan kelangkan Solar di Sulsel. Tiga asosiasi logistik kumpul membahas hal tersebut, organisasi tersebut yakni Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia/Indonesian Logistics & Forwarders Association (ALFI/ILFA) , Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Sulselbar, Organisasi Angkutan Darat (Organda) Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Makassar.
Pertemuan tersebut dilaksanakan di Warung Sederhana Jalan Nusantara, Selasa, 5 November 2024.
Ketua ALFI/ILFA Sulselbar, Syaifuddin Syahrudi mengatakan kelangkaan solar ini sebenarnya sudah menjadi permasalahan tahunan apalagi akhir tahun pasti masalahnya di kuota terus, dimana kuota BBM Subsidi sudah mulai menipis.
“Ini sangat menghambat distribusi logistik karena antrinya cukup panjang. Tetapi persoalan ini sudah cukup bisa diantisipasi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Kata dia, semestinya dengan adanya program barcode untuk pembelian solar yang mengatur hanya bisa membeli 200 ribu setiap kendaraan, itu bisa memonitoring agar bagaimana tepat sasaran untuk pengisian BBM Subsidi harusnya.
“Ini harus segera diatasi karena hampir seluruh angkutan yang menggunakan BBM subsidi mengeluhkan ini. Kami harapkan permasalahan ini bisa cepat teratasi, sehingga angkutan barang maupun angkutan orang tidak terkendala,” tuturnya.
Dia mengatakan bahwa pihaknya senantiasa menggalang dan merespon aspirasi terkait kelangkaan solar ini. Dan memang hal ini mesti menjadi perhatian khusus.
“Kuota untuk subsidi solar sangat terbatas secara nasional, kita dari Asosiasi meminta secara nasional kalau bisa dengan adanya kelangkaan ini kita meminta bagusnya penyatuan harga saja untuk solar ini,” katanya
Ketua GPEI Sulselbar, Arief R Pabettingi menuturkan bahwa pertemuan ini membahas terkait dengan kelangkaan BBM Solar di Sulsel. Dia mengatakan tentunya ini membuat para pengusaha logistik menjerit.
“Kelangkaan BBM ini banyak pihak dirugikan, dampaknya terasa, dengan terjadinya biaya besar ke harga komoditas kita,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bini kelangkaan ini sudah berlangsung lama. Jika ini dibiarkan terus menerus dampaknya lebih besar, bisa sampai dengan terhentinya distribusi barang.
“Makassar pintu gerbang logistik Indonesia Timur, jika kelangkaan solar terjadi tanpa ada solusi, ini akan membuat terhentinya pergerakan logistik dan mematikan pergerakan ekonomi yang lebih luas,” tuturnya.
Ketua IKA Pascasarjana STIEM Bongaya ini juga mengatakan bahwa kelangkaan solar ini juga akan mengganggu harga dan daya saing ekspor indonesia khususnya Sulsel.
“Jadi kelangkaan solar ini juga pasti akan berdampak terhadap aktivitas dan geliat ekspor kita di Sulsel,” terangnya.