Pemerintah mulai mendorong konversi kendaraan berbahan bakar bensin menjadi listrik, terutama motor. Biaya konversi tersebut tidaklah kecil, mencapai Rp15 juta/motor.
Tak ingin ketinggalan, pengusaha logistik pun mengusulkan agar konversi juga merambah truk. Bukan tak mungkin, biaya konversi bakal lebih besar lagi untuk truk.
Namun, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto meminta pemerintah turun tangan membantu pendanaan. Apalagi jumlah truk di Indonesia mencapai lebih dari 5-6 juta unit.
"Dibanding listrik, kita nggak ada BBM, nggak ada maintenance. Hitungannya jangka panjang. Tapi investasi awal besar, investasi pemerintah bisa masuk dengan pendanaan yang disubsidi di DP dan bunga. Subsidi diarahkan kesitu, jangan subsidi terhadap BBM yang beli juga dari impor," kata Mahendra kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022).
Upaya konversi ini bisa jadi menghadapi tantangan dari pabrikan truk yang menjual kendaraan baru. Pasalnya, beberapa pabrikan sudah mulai menyiapkan truk listriknya oleh kantor pusat. Meski belum dijual resmi, namun mereka sudah mulai mengenalkannya.
"Kalau dia jual mobil listrik baru kita ngga sanggup, kan mahal baterai masih impor. konsumsi baterai lokal dengan strategi ini akan push baterai-baterai muncul terjadi di Indonesia, kan ada demand. Industri otomotif marah? Silakan aja. Dia konsentrasi market ekspor, market domestik biarin turun, daripada kita harus beli BBM impor yang dana subsidinya udah Rp 500 triliun," tukas Mahendra.
Pemerintah memang mengeluarkan subsidi BBM hingga ratusan triliun rupiah. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bensin, maka subsidi itu bisa ditekan.
"Capek dong setiap terjadi gejolak dunia kita kena, yang perang siapa, yang kena siapa. Tahun 1998 yang krisis siapa, yang kena siapa gara-gara dolar. Sekarang gara-gara energi kenanya kita lagi, masa kita nggak belajar? Sekarang kita pegang kartu dunia di baterai," sebut Mahendra.