Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kemenhub, komitmen untuk meningkatkan layanan angkutan laut kapal perintis guna memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia khususnya di wilayah 3TP.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Capt. Antoni Arif Priadi, pada tahun ini, Ditjen Hubla kembali menyelenggarakan angkutan laut kapal perintis sejumlah 107 trayek yang melayani 43 pelabuhan pangkal, tersebar di 22 provinsi di Indonesia, dan melayani lebih dari 496 pelabuhan singgah.
“Angkutan laut kapal perintis merupakan salah satu tulang punggung konektivitas transportasi di Indonesia. Karenanya layanan ini agar dapat <span;>memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” ujarnya pada Sabtu (27/1/2024).
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Hubla Kemenhub, Capt. Hendri Ginting menambahkan berdasarkan hasil evaluasi terhadap 116 unit kapal milik Ditjen Perhubungan Laut menunjukkan bahwa 99 unit kapal laik laut dan siap operasi, sedangkan 1 unit kapal masih dalam proses penyelesaian pembangunan, yaitu KM Sabuk Nusantara 74.
“Ini merupakan langkah signifikan dalam memastikan bahwa armada kapal perintis siap untuk melayani masyarakat dengan performa terbaik,” ungkapnya.
Dalam upaya efisiensi, jaringan trayek kapal perintis telah mengalami penyesuaian dari 117 trayek pada tahun 2023 menjadi 107 trayek pada tahun 2024. Pemilihan trayek dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah kapal perintis yang laik laut, sebanyak 100 unit kapal perintis milik negara, dan 7 unit kapal milik BPSDM Perhubungan.
“Penyesuaian ini dilakukan dengan mempertimbangkan irisan jaringan trayek yang berhimpitan dan tingkat keterisian penumpang/barang pada pelabuhan singgah. Meskipun telah dilakukan efesiensi jaringan trayek, namun dipastikan bahwa tiap-tiap pelabuhan singgah yang diusulkan oleh pemerintah daerah tetap terlayani oleh kapal perintis,” ucap Capt. Hendri.
Sebagai hasil dari efisiensi ini, imbuhnya, pada tahun 2024, seluruh trayek angkutan laut perintis akan dilayani dengan menggunakan jenis kapal penumpang.
“Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dan efisien bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Capt Hendri menegaskan, kapal perintis menjadi sarana transportasi yang vital untuk membuka akses ke wilayah terpencil yang sulit dijangkau melalui jalur darat atau udara. Ini memungkinkan masyarakat di wilayah terpencil untuk terhubung dengan pusat-pusat ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
Dengan terbukanya akses transportasi, wilayah terpencil memiliki peluang untuk mengembangkan sektor ekonominya.
“Keberadaan kapal perintis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui perdagangan, pariwisata, dan sektor lainnya,” ucapnya.