Lima Pelabuhan di Aceh dinyatakan siap melayani ekspor impor dari luar negeri.
Lima Pelabuhan di Aceh dinyatakan siap melayani ekspor impor dari luar negeri.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh, Teuku Faisal mengatakan lima pelabuhan ekspor impor tersebut yakni pelabuhan Calang, Malahayati, Lhokseumawe, Meulaboh dan Pelabuhan Kuala Langsa.
“Kalau pelabuhan ekspor impor kita siap, tidak ada masalah untuk menerima kapal besar, bahkan pelabuhannya sudah bergerak,” kata Faisal pada Senin (19/6/2023).
Ia menjelaskan, dari kelima pelabuhan tersebut, pelabuhan kuala Langsa tidak bisa dimasuki kapal besar karena terjadi sedimentasi pada kolam labuh kapal.
Faisal menambahkan, saat ini Pelabuhan Kuala Langsa dikelola PT Pelindo (Persero). Untuk itu, perusahaan tersebut akan menyediakan anggaran untuk melakukan pengerukan tersebut.
“Karena kuala Langsa sangat potensial tapi selama ini sering terjadi sedimentasi, jadi kalau sudah dikeruk, kapal besar bisa masuk, akan lebih menarik lagi untuk kegiatan ekspor impor, khususnya disana ekspor cangkang sawit, yang di ekspor ke Jepang,” jelasnya.
Selain pelabuhan Kuala Langsa, Faisal memastikan keempat pelabuhan ekspor impor lain di Aceh tidak memiliki kendala apapun dari segi fasilitas.
Namun saat ini yang terjadi adalah ketidaktersediaan produk yang akan di ekspor, sehingga kegiatan ekspor di pelabuhan Aceh tidak maksimal.
“Permasalahannya ada tidak barangnya, produsennya lebih cenderung mengekspor via Medan, padahal kita punya pelabuhan sendiri,” terangnya.
Jika jumlah produk yang di ekspor mencukupi dan rutin, Faisal yakin, kapal-kapal besar akan masuk dan rutin mengambil produk di Aceh.
“Kapal ini akan datang kalau volume dari produk tersebut cukup, sehingga kalau cukup dan rutin maka setiap minggu ada,” tuturnya.
Ia menyebutkan, jika produk ekspor yang dihasilkan Aceh cukup maka perusahaan yang melakukan investasi tentu akan meningkatkan kapasitas pada fasilitas pelabuhan tersebut.
“Karena mereka perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggunakan sistem profit oriented, jika mereka merasa perlu untuk menambah crane untuk membantu proses pengangkutan, karena fasilitas itu mahal jadi jika tidak ada produk ya mereka tidak mau investasi,” ujarnya.
Faisal berharap kedepannya, produsen bisa menggunakan kelima pelabuhan ekspor impor Aceh sebagai sarana penyeberangan, bukan melalui pelabuhan Medan.
“Pelabuhan kita siap, Jadi kedepan kegiatan itu bisa via kelima pelabuhan di Aceh,” pungkasnya.