Tokyo, 21 Oktober 2024 — Atase Perdagangan Tokyo, Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan RI, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, dan perusahaan penyelenggara acara RX Japan bekerja sama dalam meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Jepang. Kolaborasi ini diwujudkan melalui sosialisasi tentang pemanfaatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJEPA) dan kerja sama promosi di wilayah Jepang.
Sosialisasi tersebut dilakukan melalui seminar bertajuk “Pemanfaatan Peluang Ekspor ke Jepang melalui Skema Perjanjian Dagang IJEPA dan Kerja Sama Event Promosi di Jepang untuk Tahun 2025”, pada Sabtu (12/10) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Kabupaten Tangerang, Banten. Narasumber dalam seminar ini adalah Negosiator Perdagangan Ahli Muda Kementerian Perdagangan Wisnu Widiyantoro dan perwakilan RX Japan Masaki Hatabe. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian pameran dagang internasional Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, yang berlangsung dari 9—12 Oktober 2024 dan menarik sekitar 70 peserta, termasuk eksportir dan pengunjung TEI.
Atase Perdagangan Tokyo, Merry Astrid Indriasari, yang bertindak sebagai moderator, menjelaskan bahwa seminar ini bertujuan memperkaya pengetahuan para eksportir Indonesia mengenai standar, regulasi, kebijakan akses pasar, serta potensi kerja sama promosi melalui pameran dagang di kota-kota bisnis utama Jepang. Dengan informasi ini, diharapkan peluang bisnis dan pemasaran produk Indonesia di Jepang dapat meningkat. Merry juga menyoroti tiga poin penting yang perlu diperhatikan eksportir Indonesia untuk penetrasi pasar Jepang: memiliki mitra perusahaan di Jepang, segera melakukan registrasi produk, serta aktif berpartisipasi dalam pameran dagang.
Wisnu Widiyantoro menambahkan bahwa selain menguasai teknis ekspor, para pelaku usaha perlu memahami pemanfaatan skema perjanjian dagang IJEPA. Perjanjian bilateral ini mencakup berbagai kesepakatan, termasuk penurunan tarif impor, sistem sertifikasi asal produk, prosedur kepabeanan, dan investasi. Menurut Wisnu, surplus perdagangan Indonesia terhadap Jepang selama lima tahun terakhir (2019—2023) terus terjaga. Pada 2023, surplus mencapai USD 4,27 miliar, dan bahkan pada 2022, saat pandemi Covid-19, surplus perdagangan mencapai USD 7,68 miliar, tertinggi dalam periode tersebut. Wisnu menekankan bahwa pemanfaatan perjanjian IJEPA dapat semakin memperbesar peluang ekspor Indonesia ke Jepang.
Masaki Hatabe dari RX Japan menyoroti pentingnya pameran dagang bagi perusahaan Jepang untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Prinsip "seeing is believing" membuat konsumen Jepang ingin melihat langsung produk sebelum membelinya untuk memastikan kualitas dan reputasi produsen. Atase Perdagangan Tokyo secara aktif berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag untuk memfasilitasi eksportir Indonesia dalam berbagai pameran di Jepang, seperti Foodex Japan untuk makanan dan minuman, JISTE untuk produk perikanan, Fashion World Tokyo untuk fesyen, Interior Lifestyle Tokyo untuk dekorasi rumah, DIY Home Centre untuk perlengkapan rumah, dan Japan Build untuk produk konstruksi.
Pada 2023, Indonesia menduduki peringkat ke-10 sebagai negara asal impor Jepang dengan pangsa pasar 3,15 persen, lebih tinggi dari Malaysia dan Filipina, namun masih di bawah Thailand dan Vietnam. Nilai ekspor Indonesia ke Jepang tercatat sebesar USD 20,79 miliar, dengan kontribusi terbesar dari industri pengolahan, bijih logam, nikel, peralatan mesin, dan mutiara alam. Sementara itu, impor Indonesia dari Jepang, yang mencapai USD 16,52 miliar, didominasi oleh besi dan baja, kendaraan bermotor, plastik, dan monitor televisi.