Kemendag mencanangkan dua strategi pengembangan ekspor demi menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap surplus.
Kemendag akan menganalisis pasar demi mengetahui celah supaya produk ekspor Indonesia bisa kompetitif di pasar global.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencanangkan dua strategi pengembangan ekspor untuk menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap tren surplus.
Budi Santoso selaku Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag mengatakan dua strategi tersebut adalah melihat pasar (market based strategy) dan melakukan penguatan sumber daya dalam negeri (resources based strategy).
“Pertama resources based strategy adalah bagaimana kita penguatan dalam negeri, kita memberikan pembinaan untuk produk kita yang bernilai tambah. Termasuk juga penguatan kepada eksportir, khususnya UKM agar melakukan ekspor dengan baik,” ujar Budi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (21/6/2023).
Budi menambahkan untuk market based strategy-nya, Kemendag akan menganalisis pasar demi mengetahui celah supaya produk ekspor Indonesia bisa kompetitif di pasar global.
“Misalnya, juga kita memperluas pasar internasional ke negara-negara nontradisional dan juga memanfaatkan fasilitas perdagangan serta juga perundingan perundingan dengan negara lain. Selain itu, kita terus mengatasi hambatan hambatan negara lain terhadap komoditas kita,” ungkap Budi.
Adapun, neraca perdagangan Mei 2023 kembali melanjutkan tren surplus dengan mencatatkan surplus US$0,44 miliar. Surplus perdagangan ini terdiri atas surplus neraca nonmigas US$2,26 miliar dan defisit neraca migas US$1,82 miliar.
Budi menjelaskan bahwa aktivitas perdagangan dengan Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar Mei 2023 dengan nilai mencapai US$0,95 miliar. Dua negara mitra dagang lainnya menyumbang surplus perdagangan terbesar yaitu Filipina dengan surplus US$0,84 miliar dan India US$0,69 miliar.
Di sisi lain, negara mitra yang menghasilkan defisit perdagangan terbesar bagi Indonesia, yaitu China US$0,99 miliar, Australia US$0,60 miliar dan Singapura US$0,53 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia periode Januari-Mei 2023 mengalami surplus US$16,48 miliar.
Surplus perdagangan periode ini terdiri atas surplus nonmigas US$24,32 miliar serta defisit migas US$7,83 miliar. Ekspor Indonesia Mei 2023 tercatat US$21,72 miliar, naik 12,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mom) dan tumbuh 0,96 persen dibanding Mei 2022 (year-on-year/yoy).
Kenaikan ekspor disebabkan meningkatnya ekspor migas 4,47% maupun ekspor nonmigas sebesar 13,18% mom. Budi menyebut bahwa peningkatan ekspor Mei 2023 disebabkan, antara lain oleh pola musiman pasca-Lebaran serta peningkatan ekspor beberapa produk manufaktur Indonesia, seperti kendaraan dan bagiannya, mesin dan peralatan mekanis, serta mesin dan perlengkapan elektrik.
“Ekspor kendaraan dan bagiannya pada 2022 merupakan yang tertinggi dalam satu dekade terakhir dan terus meningkat pada periode Januari-Mei 2023. Untuk itu, ekspor sektor ini harus terus didorong sebagai pendorong produk manufaktur sehingga dapat menjaga kinerja ekspor nasional tetap tinggi,” jelas Budi.
Pada Mei ini, hampir seluruh sektor mengalami peningkatan ekspor secara bulanan, kecuali sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar 7,18%. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang naik sebesar 33,76% mom, diikuti sektor industri pengolahan 20,17% dan sektor migas 4,48%.
Beberapa produk ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada Mei 2023, antara lain barang dari besi dan baja (HS 73) melonjak 95,02 persen, tembakau dan rokok (HS 24) naik 70,59 persen, kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 60,20 persen, mesin dan peralatan mekanis (HS 84) naik 53,77 persen, serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) naik 45,91 persen MoM.
Sedangkan, produk utama ekspor nonmigas mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya di antaranya bahan kimia anorganik (HS 28) turun 37,66 persen, bijih, terak dan abu logam (HS 26) turun 19,41 persen, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 13,65 persen, besi dan baja (HS 72) turun 6,33 persen, serta bahan bakar mineral/batu bara (HS 27) turun 4,39 persen.